bG9jYWw6Ly8vcHVibGlzaGVycy8zMTQ5MTQvMjAy

Presiden Jokowi oleh pengamat politik Hanta Yudha disebut melakukan politik dua kali, yang akan lebih menguntungkan bagi Prabowo Subianto dibandingkan Bacapres lainnya. (setkab.go.id)

JAKARTA – Direktur Eksekutif Poltracking Indonesia, Hanta Yuda menilai jika politik dua kaki Presiden Joko Widodo (Jokowi) menjelang pemilihan presiden (Pilpres) 2024 lebih menguntungkan bagi Prabowo Subianto ketimbang Ganjar Pranowo.

Pasalnya, Jokowi akan dilihat publik tidak total dalam mendukung Ganjar yang diusung PDI Perjuangan. Selain itu, Jokowi juga lebih sering memperlihatkan kedekatannya dengan Prabowo kepada publik.

“Kondisi saat ini kakinya setengah-setengah, ada di Ganjar dan Prabowo. Nah, seperempat lagi ada di Kaesang dan Gibran. Kalau PSI sudah dukung Prabowo, dan Gibran jadi wakilnya Prabowo, itu sudah 100 persen tubuh Pak Jokowi ada di Prabowo,” ujar Hanta dalam diskusi Gelora Talk, Rabu (27/9).

Di sisi lain, lanjutnya, PDIP tidak berani bersikap tegas terhadap Kaesang yang terpilih menjadi Ketua Umum PSI, karena partai pimpinan Megawati Soekarnoputri itu ingin mempersepsikan dekat dengan Jokowi.

Sebab, kepuasan publik terhadap Jokowi mencapai 70-80 persen, menang dua kali pilpres, memiliki relawan yang solid dan mesin politik tetap terjaga, serta masih mengendalikan jejaring pemilu karena masih berkuasa.

Hanta juga mengungkapkan, keuntungan lain yang didapatkan Prabowo adalah branding rekonsiliasi dan legacy dalam Pilpres 2024. Hal inilah yang membuat elektabilitas Prabowo relatif stabil dan tinggi, dibandingkan Ganjar dan Anies Baswedan.

“Posisi Pak Prabowo per hari ini, relatif stabil ya karena faktor rekonsiliasi dan legacy itu. Pak Prabowo dianggap pemersatu dan melanjutkan legacy Pak Jokowi. Jadi rekonsiliasi dan legacy itu sudah jadi brand Pak Prabowo,” kata Hanta Yuda.