Jakarta -Virus Corona memang menyerang semua umur, termasuk anak-anak. Balita berusia 3 tahun positif terinfeksi virus Corona. Hal itu diungkapkan Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) Sri Sultan Hamengku Buwono X.



COVID-19 ditemukan di Wuhan, China, pada akhir 2019. Penyakitnya disebut Coronavirus Disease 19. Virus penyebab penyakit ini disebut dengan 2019 Novel Corona Virus atau nama lainnya adalah SARS Coronavirus 2.

Penyebab anak terinfeksi virus Corona salah satunya setelah berkunjung ke negara atau wilayah yang terinfeksi COVID-19. Selain itu, tertular dari orang dewasa yang dinyatakan positif terinfeksi virus Corona bila daya tahan tubuh anak rendah.

Dikutip dari situs Ikatan Dokter Anak Indonesia, angka kejadian COVID-19 pada anak menurut laporan Wu dkk pada 2020 melaporkan bahwa pada kelompok usia 10-19 tahun terdapat 549/72.314 (1 persen) kasus.

Masih dari situs yang sama, tanda dan gejala virus Corona pada anak sulit dibedakan dari penyakit saluran pernapasan akibat penyebab lainnya. Gejala dapat berupa batuk-pilek seperti penyakit common cold atau selesma, yang umumnya bersifat ringan dan akan sembuh sendiri. Penyakit saluran pernapasan menjadi berbahaya apabila menyerang paru-paru, yaitu menjadi radang paru atau yang disebut pneumonia. Gejala pneumonia adalah demam, batuk, dan kesulitan bernapas yang ditandai dengan napas cepat dan sesak napas.

Bagaimana mengenali napas cepat pada anak? Hitung jumlah pernapasan anak dalam waktu satu menit. Napas dikatakan cepat apabila pada usia 0-2 bulan sebanyak 60 kali/menit atau lebih, pada usia 2-12 bulan 50 kali/menit atau lebih, dan usia 1-5 tahun 40 kali/menit atau lebih. Saat menghitung napas anak, perhatikan pula adakah tanda sesak seperti tarikan dinding dada.

Lalu kapan anak perlu diperiksakan ke dokter? Bila anak sedang demam, batuk, pilek ringan, sepanjang masih dapat ditangani sendiri di rumah, sebaiknya tidak segera berkunjung ke fasilitas kesehatan. Berikan obat demam (parasetamol 10mg/kg berat badan) dan dapat diulang tiap 4-6 jam selama masih demam, maksimal 5 kali dalam 24 jam.

Apabila suhu 38 derajat Celsius atau lebih, anak perlu diberi banyak minum air putih. Ajari anak mencuci tangan, etika batuk, bersin, dan berludah dengan benar. Apabila demam terus-menerus memasuki hari ketiga, bawalah anak periksa ke fasilitas kesehatan. Apabila timbul tanda bahaya seperti anak lemas atau tidur terus, napas cepat, sesak, demam tinggi 39°C atau lebih, kejang, tampak biru, muntah-muntah hingga tidak dapat minum, buang air kecil berkurang, segera bawa anak ke fasilitas kesehatan.

Ajari juga anak melakukan social distancing. Social distancing atau pembatasan sosial adalah menjaga jarak minimal 1-2 meter antarorang. Hal ini dilakukan karena, apabila seseorang batuk atau bersin, percikan renik yang mungkin mengandung virus Corona akan menyebar, lalu terjatuh ke permukaan dalam radius sekitar 1 meter.

IDAI mendesak masyarakat melakukan pembatasan sosial dengan cara yang benar. Hindari berkunjung, terlebih membawa anak, ke keramaian atau ke tempat hiburan, mal, pasar, bioskop, kendaraan umum padat penumpang, maupun sekolah, dan kegiatan ekstrakurikuler tempat berkumpulnya orang ramai. Hindari pula melakukan perjalanan ke luar kota, terutama dalam rangka mengunjungi kakek-nenek, yang merupakan kelompok risiko tinggi tertular dan sakit berat akibat COVID-19.

Cara terbaik melakukan pembatasan sosial untuk pencegahan virus Corona pada anak adalah mengajari anak cara cuci tangan, etika batuk, bersin, dan berludah yang benar, serta menjaga jarak 1-2 meter satu sama lain. Cuci tangan sebaiknya dilakukan sesering mungkin. Anak yang masih dalam pengasuhan dekat, seperti bayi dan balita, sebaiknya diasuh oleh orang dewasa yang sehat. Rajin-rajinlah melakukan cuci tangan, etika batuk, bersin, dan berludah dengan benar, serta bersihkan juga tangan bayi atau balita dengan saksama.