Sikap malas melapor ke petugas kesehatan diduga menjadi penyebab jumlah penderita HIV AIDS di Kabupaten Tulungagung, Jawa Timur, menjadi sangat banyak.

Jumlah pengidap HIV AIDS di kabupaten ini diperkirakan mencapai 100 ribu orang, namun baru terdeteksi total penderita HIV AIDS di Tulungagung mencapai 2 ribuan orang.

Dalam banyak temuan, kondisi penderita HIV AIDS di Tulungagung sakit parah. Data riil jumlah penderita HIV/AIDS yang sudah terdeteksi sebanyak 2.372 orang.


Kasi P2M Dinas Kesehatan Tulungagung, Didik Eka mengatakan, 70 persen pasien HIV/AIDS ditemukan dirawat di rumah sakit, karena penyakit infeksi.

“Yang 30 persen dalam kondisi sehat, karena mereka selalu berkonsultasi dengan petugas kesehatan,” ujar Didik, Selasa (7/5/2019).

Pengidap HIV/AIDS di Kabupaten Tulungagung masuk dalam kategori terkonsentrasi dengan angka 5 hingga 10 orang per 100 penduduk.


Jika saat ini jumlah penduduk Tulungagung sebanyak 1.000.000 orang, maka jumlah pengidap HIV/AIDS sebanyak 50.000 hingga 100.000 orang.

“Yang terdeteksi hanya 2.372 orang, masih banyak yang harus ditemukan,” sambungnya.

Untuk menemukan para pengidap HIV/AIDS, Dinas Kesehatan Tulungagung menggandeng semua fasilitas kesehatan swasta dan LSM.

Termasuk klinik-klinik pratama yang bekerja sama dengan BPJS Kesehatan.


Sebelumnya, 32 Puskesmas dan rumah sakit pemerintah menjadi ujung tombak untuk menemukan pengidap HIV/AIDS di Tulungagung.

“Jika Faskes menerima pasien dengan infeksi oportunistik, bisa ditentukan pasien itu HIV atau bukan,” jelas Didik.

Untuk mengungkap para pengidap yang tersembunyi, Dinkes menggunakan metode notifikasi. Jika ada satu pasien ditemukan, maka akan ditelusuri riwayat penularannya.


Karena penularan terbesar lewat hubungan seks, penyakit ini akan terbawa oleh penderita dan menular ke orang, dengan siapa saja penderita sudah berhubungan badan.

“Terutama satu bulan terakhir, dia sudah melakukan aktivitas seks dengan siapa saja, harus diketahui,” tutur Didik.

Pasien diharapkan bersikap jujur, untuk mengungkap dengan siapa saja dia sudah berhubungan badan.

Selain itu juga dilakukan konseling pasangan. Dia harus jujur dengan pasangannya, jika sudah terinfeksi HIV/AIDS.

Pasangannya juga akan dilakukan tes, untuk memastikan sudah tertular atau tidak, karena masa inbukasinya hingga 10 tahun, jika punya anak juga harus dites.

Untuk menekan jumlah Human Immunodeficiency Virus (HIV), pasien harus minum antiretroviral virus (ARV).

ARV diberikan gratis, dan harus diminum setiap hari seumur hidup.