RMOL. Putri Proklamator Kemerdekaan Republik Indonesia, Soekarno, Rachmawati Soekarnoputri menghadiri acara Haul Bung Karno ke 48 di Universitas Bung Karno (UBK), Jakarta Pusat, Kamis (21/6).



Tokoh nasional ini menjelaskan alasannya tidak menghadiri acara haul yang diperingati di sekitar makam Bung Karno di Blitar, Jawa Timur.

Menurut Rachmawati, ketidakhadirannya merupakan bentuk protes lantaran sejak tahun 90-an lalu, peringatan Haul Bung Karno sudah dipolitisasi.

"Seolah-olah hanya milik suatu partai. Sehingga saya sangat tidak setuju, sejak itu saya memutuskan kalau setiap haul Bung Karno saya laksanakan di Jakarta saja," kata Ketua Dewan Pendiri UBK ini dalam sambutannya.

Padahal, lanjut Rachmawati, sejak awal peringatan Haul Bung Karno justru hanya diprakarsai oleh pihak kakak kandung dari Bung Karno bersama dirinya.

"Saya manggilnya Bu De, kakaknya bapak. Dia bilang kalau tradisi orang Jawa timur itu selalu memperingati hari wafat. Belum oleh negara atau warga lain, utamanya pada waktu itu oleh keluarga Bung Karno," jelasnya. 

"Sebagai keluarga Bung Karno saya setuju dan waktu itu setiap tahun saya selalu mengikuti ritual dari haul Bung Karno di Blitar. Itu sekitar tahun 70an," sambung Rachmawati.

Nah, masih kata Rachmawati, kebetulan saat itu dirinya memiliki hubungan baik dengan salah seorang Pengurus Besar Nahdatul Ulama (PBNU), Mahbub Junaedi. 

Akhirnya, pihak PBNU pun meminta untuk dilibatkan dalam acara peringatan Haul Bung Karno yang kemudian juga melibatkan Pengasuh Pondok Pesantren Tebu Ireng Jombang.

"Prakarsa beliau (Mahbub Djunaidi) di tahun 80 itu bukan hanya milik keluarga. Jadi seyogyanyanya dia bilang bagaimanapun kalau melibatkan keluarga nadiyin. Jadi keluarga nadiyin di sekitar Jawa Timur itu diminta untuk mengikuti haul Bung Karno. Oleh karena itu sejak tahun 80an peringatan haul Bung Karno diperingati bersama warga nadiyin sampai hari ini," bebernya.

Walau begitu, selang beberapa tahun, upaya mengambilalih acara tahunan itu pun dilakukan. Saat itu, yang menjabat Wali Kota Blitar adalah Djarot Saful Hidayat yang merupakan kader PDI Perjuangan. 

Kala itu, Djarot dan Pemda Jawa Timur memang pernah berupaya untuk mengambil alih acara itu. Namun karena dirinya bersikukuh bahwa acara itu milik masyarakat pada umumnya, akhirnya pemerintah pun mengalah.

"Nah, sampai masa baktinya Pak Djarot selesai, saya tidak mau hadir lagi, visi misinya, pengertian peringatan haul itu sudah berubah. Seolah-olah hanya milik suatu partai. Sehingga saya sangat tidak setuju, sejak itu saya memutuskan kalau setiap haul Bung Karno saya laksanakan di Jakarta saja," demikian Rachmawati. 

Dalam acara ini turut hadir juga putra bungsu Bung Karno, Guruh Soekarnoputra. [sam]